Rasio
Keuangan atau Financial Ratio merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk
menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang
terdapat pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan aliran
kas).
1.
Jenis-jenis Rasio Keuangan
Secara
umum rasio keuangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.
Rasio
Profitabilitas/ Rentabilitas. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio ini antara
lain: GPM (Gross Profit Margin), OPM(Operating Profit Margin), NPM (Net Profit
Margin), ROA (Return to Total Asset), ROE (Return On Equity).
1.
Profit
Margin
Rasio
ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada
tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada analisis
common size untuk laporan rugi laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa
diintepretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran
efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi dan Halim, 2000:84).
Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:
Rasio ini menunjukkan berapa
besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Semakin besar rasionya semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba cukup tinggi (Harahap, 2002:304).
2.
Gross
Profit Margin
Gross
Profit Margin merupakan perbandingan antara laba kotor yang diperoleh
perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama. Rasio
ini mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap
rupiahpenjualan. Semakin besar rasionya berarti semakin baik kondisi keuangan
perusahaan (Munawir, 2001:89). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap
atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini dapat mengontrol
pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati
laba. Semakin besar rasionya semakin baik (Harahap, 2002:306).
3.
Net
Profit Margin
Net
Profit Margin atau Margin Laba Bersih digunakan untuk mengukur rupiah laba
bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan dan mengukur seluruh
efisien, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga
maupun manajemen pajak. Semakin tinggi rasionya menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
Tetapi jika rasionya rendah
menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau
biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari
kedua hal tersebut (Prastowo dan Juliaty, 2003:91). Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus:
Rasio ini mengukur jumlah
rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Semakin
tinggi rasionya semakin baik, karena menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu.
4.
Return
On Investment (ROI)
Return
On Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang
akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan
untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT (Sutrisno,
2001:255). Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur jumlah
rupiah laba bersih (setelah pajak) yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah
investasi yang dikeluarkan. Semakin besar rasionya semakin baik (Sutrisno,
2001:255).
5.
Return
On Assets
Rasio
ini disebut juga rentabilitas ekonomis, merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal
ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT
(Sutrisno, 2001:254).Rasio ini dihitung dengan rumus:
Rasio ini mengukur tingkat
keuntungan (EBIT) dari aktiva yang digunakan. Semakin besar rasionya semakin
baik (Sutrisno, 2001:254).
b.
Rasio
Likuiditas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menjamin kewajiban-kewajiban lancarnya. Rasio ini antara lain Rasio Kas (cash
ratio), Rasio Cepat (quick ratio), Rasio Lancar (current ratio)
1.
Current
Ratio
Rasio
ini membandingkan aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio memberikan
informasi tentang kemampuan aktiva lancar untuk menutup hutang lancar. Aktiva
lancar meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lainnya.
Sedangkan hutang lancar meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank,
hutang gaji, dan hutang lainnya yang segera harus dibayar (Sutrisno, 2001:247).
Rumus current ratio adalah:
Semakin besar perbandingan
aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1 atau 100% berarti
bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Jadi dikatakan sehat
jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus
jauh di atas jumlah hutang lancar (Harahap, 2002:301)
2.
Quick
Ratio
Quick
ratio disebut juga acid test ratio, merupakan perimbangan antara jumlah aktiva
lancar dikurangi persediaan, dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak
dimasukkan dalam perhitungan quick ratio karena persediaan merupakan komponen
aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya. Quick ratio memfokuskan
komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu: kas, surat-surat
berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka
pendek (Martono, 2003:56). Jadi rumusnya:
Jika terjadi perbedaan yang
sangat besar antara quick ratio dengan current ratio, dimana current ratio
meningkat sedangkan quick ratio menurun, berarti terjadi investasi yang besar
pada persediaan.
Rasio ini menunjukkan
kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau
1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah
dikatakan sehat (Harahap, 2002:302).
3.
Cash
Ratio
Rasio
ini membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang
kas dengan hutang lancar. Kas yang dimaksud adalah uang perusahaan yang
disimpan di kantor dan di bank dalam bentuk rekening Koran. Sedangkan harta
setara kas (near cash) adalah harta lancar yang dengan mudah dan cepat dapat
diuangkan kembali, dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Negara yang menjadi
domisili perusahaan bersangkutan. Rumus untuk menghitung cash ratio adalah:
Rasio ini menunjukkan porsi
jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Semakin besar
rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio, tidak harus mencapai 100%
(Harahap, 2002:302).
c.
Rasio
Pengungkit/ Leverage/ Solvabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
pengelolaan sumber dana perusahaan. Beberapa rasio ini antara lain Rasio Total
Hutang terhadap Modal sendiri, Total Hutang terhadap Total Asset, TIE Time
Interest Earned.
1.
Total
Debt to Total Assets Ratio
Rasio
yang biasa disebut dengan rasio hutang (debt ratio) ini mengukur prosentase
besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud adalah semua
hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang
berjangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat
keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno, 2001:249). Untuk mengukur
besarnya rasio hutang ini digunakan rumus:
Rasio ini menunjukkan sejauh
mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil rasionya semakin aman
(solvable). Porsi hutang terhadap aktiva harus lebih kecil (Harahap, 2002:304).
2.
Debt
to Equity Ratio
Rasio
hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) adalah imbangan antara
hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini
berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi
perusahaan sebaiknya, besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar
beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin kecil rasio ini semakin baik.
Maksudnya, semakin kecil porsi hutang terhadap modal, semakin aman. Rumusnya:
d.
Rasio
Aktivitas. Rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan
lainnya. ada dua penilaian rasio aktivitas yaitu:
-
Rasio
Nilai Pasar. Rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap Nilai Buku
perusahaan. Rasio ini antara lain: PER (Price Earning Ratio), Devidend Yield,
Devideng Payout Ratio, PBV (Price to Book Value)
-
Rasio
Efesiensi/ Perputaran. Rasio perputaran digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam mengelola asset-assetnya sehingga memberikan aliran kas masuk
bagi perusahaan. Rasio ini antara lain Rasio Perputaran Persediaan, Perputaran
Aktiva Tetap, dan Total Asset Turnover.
v Jenis-jenis Financial Ratio
Ø Earning Ratio / Rasio Penghasilan
Earning Ratio, atau disingkat P/E Ratio adalah alat utama
penghitungan harga saham suatu perusahaan dibandingkan dengan pendapatan
perusahaan.
Formula untuk menghitung P/E Ratio adalah :
P/E Ratio = Harga Saham / Earning Per Share
Hasil ini mengindikasikan berapa besar investor bersedia
membayar setiap rupiah atas pendapatan perusahaan tersebut. Pada umumnya,
investor lebih senang memilih saham dengan P/E Ratio rendah. Semakin rendah P/E
Ratio suatu saham, semakin murah saham saham tersebut sehubungan dengan
pendapatan perusahaan.
1. Dividend Per Share / Dividen Per Lembar
Saham
Dividend Per Share (DPS) adalah bagian keuntungan yang diberikan
kepada para pemegang saham yang jumlahnya sebanding dengan jumlah saham yang
dimiliki.
Besarnya dividen per lembar saham dapat dicari dengan rumus :
DPS = Total dividen yang dibagikan / Jumlah Lembar saham yang
beredar
2. Earning Per Share / Laba Per Lembar Saham
Earning Per Share (EPS) adalah jumlah
pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap jumlah
saham yang beredar. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui
perkembangan perusahaan selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat
keuntungan suatu perusahaan.
Laba per lembar saham (EPS ) dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut :
EPS = Laba Bersih Setelah Pajak / Jumlah Lembar Saham Yang
Beredar
3. Revenue Per Share / Pendapatan Per Lembar Saham
Revenue Per Share (RPS) adalah jumlah pendapatan atas saham biasa
yang beredar. Meningkatkan pendapatan per saham (RPS) dari waktu ke waktu
adalah pertanda baik, karena itu berarti setiap saham sekarang memiliki klaim
untuk pendapatan lebih banyak.
Pendapatan Per Lembar Saham dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut :
Sales Per Share = (Penjualan- Diskon
dan Pengembalian) / Saham Beredar
4. Book Value Per Share / Nilai buku per lembar saham
Nilai buku per lembar saham atau Book Value Per Share adalah
jumlah rupiah yang menjadi milik tiap-tiap lembar saham dalam modal perusahaan.
Nilai buku ini adalah jumlah yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham
pada waktu pembubaran (likuidasi) perusahaan bila aktiva dapat dijual sebesar
nilai bukunya.
Nilai buku per lembar saham atau Book Value Per Share dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Book Value Per Share = Jumlah Modal Perusahaan / Jumlah Lembar
Saham Yang Beredar
5. Cash Flow Per Share / Arus kas per saham
Yang dimaksud dengan cash flow per share ialah aliran kas sebuah
perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Semakin besar angka ini
artinya perusahaan tersebut semakin sehat. Karena jumlah kas yang ada di
perusahaan tersebut dapat menutupi semua saham yang beredar. Ini umumnya cukup
sulit tercapai jika perusahaan tersebut selalu menjual secara kredit. Karena
walaupun aset ataupun keuntungan yang tercatat di pembukuan jumlahnya besar,
namun kenyataannya sebagian kas belum ada di tangan perusahaan tersebut. .
Nilai Arus kas per saham / 5. Cash Flow Per Share dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut :
Cash Flow Per Share = (Arus Kas Operasi -
Dividen Pilihan) / Saham Biasa Beredar
6. Cash Equivalent Per Share / setara kas per lembar
Cash Equivalent Per Share adalah aset lancar yang paling likuid
yang ditemukan pada neraca bisnis. Setara kas adalah komitmen jangka pendek
"dengan kas menganggur sementara dan mudah dikonversi menjadi jumlah uang
tunai yang diketahui". Investasi biasanya dihitung sebagai setara kas
ketika memiliki jangka waktu pendek 90 hari atau kurang, dan dapat dimasukkan
ke dalam saldo kas dan setara kas dari tanggal akuisisi ketika ia membawa
risiko tidak signifikan dari perubahan dalam nilai aset. Nilai setara kas per
lembar / Cash Equivalent Per Share dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Perubahan CEPS = Akhir Tahun Kas dan Setara Kas - Awal Tahun Kas dan
Setara Kas.
Nilai Kas dan Setara Kas pada akhir periode = Arus Kas Bersih +
Nilai CEPS pada periode awal
7. Net Assest Per Share / Nilai aset bersih per saham
Nilai aset bersih per saham (NAVPS) adalah ekspresi untuk nilai
aset bersih yang mewakili nilai per saham dari reksadana, dana yang
diperdagangkan di bursa (ETF) atau dana tertutup. Ini dihitung dengan membagi
total nilai aset bersih dari dana atau perusahaan dengan jumlah saham yang
beredar. Rumus untuk NAVPS hanyalah:
NAPS = Nilai Aset Bersih (NAV) / Jumlah Saham
Beredar
Ø Valuatio Ratio / Rasio penilaian
Rasio penilaian atau valuation
ratio, dimana rasio ini memberikan ukuran kemampuan
manajemen menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya investasinya. Rasio ini
merupakan ukuran kegiatan yang paling lengkap karena rasio ini mencerminkan
rasio resiko (likuiditas dan solvabilitas) dan rasio pengembalian (aktifitas,
profitabilitas dan pertumbuhan). Rasio penilaian ini penting sekali karena
hubungannya dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan kekayaan pemegang
saham.
1. Price To Earning
Ratio / Rasio penghasilan harga
Price To Earning
Ratio, atau disingkat P/E Ratio adalah alat utama penghitungan harga saham
suatu perusahaan dibandingkan dengan pendapatan perusahaan. Pada umumnya,
investor lebih senang memilih saham dengan P/E Ratio rendah. Semakin rendah P/E
Ratio suatu saham, semakin murah saham saham tersebut sehubungan dengan
pendapatan perusahaan. Formula untuk menghitung P/E Ratio adalah :
P/E Ratio = Harga Saham / Earning Per Share
2. Price to Sales Ratio / Rasio Harga Terhadap Penjualan
Rasio Harga terhadap Penjualan ini adalah rasio keuangan yang
membandingkan harga saham perusahaan dengan penjualan tahunannya. Price to
Sales Ratio ini biasanya juga digunakan untuk penilaian saham atau umumnya
disebut dengan istilah Rasio Valuasi Investasi atau Rasio Valuasi Saham. Rumus Price to Sales Ratio:
Price to Sales Ratio = Harga per Saham / Pendapatan per Saham
3. Price Book Value / Harga nilai buku
Book value atau nilai buku adalah nilai dari
ekuitas dibagi jumlah saham yang ada. Bisa dikatakan book value adalah nilai
ekuitas per saham. Ekuitas itu sendiri didapatkan dari selisih jumlah aset
dikurangi liabilitas. Secara teori ini adalah nilai yang akan didapatkan oleh
pemilik saham bila perusahaan dilikuidasikan. Jadi nilai book value sangat
berarti untuk melihat imbal hasil dari investasi. Rumus Price
Book Value:
Rasio P / B = harga pasar per saham / nilai buku
per saham
4. Price Cash Flow Ratio / Rasio harga aliran kas
Rasio harga aliran kas (price cash flow ratio) digunakan
investor untuk mengevaluasi daya tarik investasi, dari sudut pandang sebuah
saham perusahaan. Pengukuran ini membandingkan harga pasar saham terhadap
jumlah aliran kas yang dihasilkan per saham perusahaan. Rumus Price Cash Flow Ratio :
Price Cash Flow Ratio = Harga Saham per Saham / Arus Kas Operasi per Saham
Ø Profitability Ratio
/ Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas (Profitability
Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan (earning) terkait penjualan,
aset, dan ekuitas berdasarkan dasar pengukuran tertentu.
1. Dividend Payout Ratio / Rasio Pembayaran
Dividen
Dividend Payout Ratio / Rasio pembayaran dividen adalah rasio dari
jumlah total dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham relatif terhadap
laba bersih perusahaan. Rumus Dividend
Payout Ratio :
Dividend Payout Ratio = Dividen tahunan per saham / Laba per saham
2. Gross Profit Margin / Margin Laba Kotor
Margin laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
persentase laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Laba
kotor yang dipengaruhi oleh laporan arus kas memaparkan besaran laba yang
didapatkan oleh perusahaan dengan pertimbangan biaya yang terpakai untuk
memproduksi produk atau jasa. Rumus Gross Profit Margin :
Gross Profit Margin = (laba kotor/ total pendapatan) x 100%
3. Net Profit Margin / Margin Laba Bersih
Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio
profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah
dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Margin laba
bersih ini disebut juga profit margin ratio. Rasio ini mengukur laba bersih
setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik
operasi suatu perusahaan. Net profit margin dihitung dengan rumus :
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak / Penjualan
4. Earning Before Taxing / Penghasilan sebelum pajak
Penghasilan sebelum pajak (EBT) mengukur kinerja keuangan
perusahaan. Perhitungannya adalah pendapatan dikurangi biaya, tidak termasuk
pajak. EBT adalah item baris pada laporan laba rugi perusahaan. Ini menunjukkan
pendapatan perusahaan dengan harga pokok penjualan (COGS), bunga, depresiasi,
biaya umum dan administrasi, dan biaya operasi lainnya yang dipotong dari
penjualan kotor. Rumus EBT :
EBT = pendapatan – biaya
5. Return on Equity Ratio / Rasio Pengembalian Ekuitas
Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang
saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Rumus ROE :
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak / Ekuitas Pemegang saham
6. Return on Assets Ratio / Rasio Pengembalian Aset
Tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas untuk
menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber
daya atau total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola
asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini. Rumus Rasio Pengembalian Aset
:
ROA = Laba Bersih / Total Aset
Ø Liquidity ratio / Rasio
Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya saat jatuh tempo. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya saat
jatuh tempo.
1. Debt to Equity Ratio / Rasio Hutang Terhadap Ekuitas
Debt to Equity Ratio atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan
Rasio Hutang terhadap Ekuitas atau Rasio Hutang Modal adalah suatu rasio
keuangan yang menunjukan proporsi relatif antara Ekuitas dan Hutang yang
digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Rumus DER :
Debt to Equity Ratio (DER) = Total Hutang / Ekuitas
2. Book Value Per Share / Nilai buku per lembar saham
Nilai buku per lembar saham atau Book Value Per Share adalah
jumlah rupiah yang menjadi milik tiap-tiap lembar saham dalam modal perusahaan.
Nilai buku ini adalah jumlah yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham
pada waktu pembubaran (likuidasi) perusahaan bila aktiva dapat dijual sebesar
nilai bukunya.
Nilai buku per lembar saham atau Book Value Per Share dapat
dicari dengan rumus sebagai berikut :
Book Value Per Share = Jumlah Modal Perusahaan / Jumlah Lembar Saham
Yang Beredar
Referensi :